TK Terbaik Di Jakarta, TK Terbaik Di Bandung
Pendidikan semestinya menyiapkan anak-anak menjadi orang-orang hebat. Orang yang saat sempit ataupun longgar tetap menebar manfaat.
Orang hebat, orang yang tangguh dan tenang saat datang kesulitan.
Orang hebat, orang yang pantang sombong saat hidup dimudahkan dan berlimpahan.
Orang hebat, orang yang keyakinan kepada Allah sangat kuat
Negara hebat dibangun oleh bangsa yang hebat. Bangsa yang hobynya menebar manfaat dan keyakinan kepada Allah kuat
"Karena sesungguhnya, setelah kesulitan ada kemudahan" (QS. Alam Nasyroh : 6)
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (HR. Ahmad)
Jumat, 23 September 2016
Kamis, 15 September 2016
TK Favorit Di Solo, TK Favorit Di Pekanbaru
TK Favorit Di Solo, TK Favorit Di Pekanbaru
Pendidikan tauhid itu penting. Itu dasar pendidikan. Orang kaya mau peduli dhuafa itu karena ada tauhidnya.
Pejabat tidak korupsi itu karena ada tauhidnya. Cerdas tidak membodohi karena ada tauhidnya.
Pengusaha tidak membohongi karena ada tauhidnya. Tauhid pangkal keselamatan dan kedamaian.
Pendidikan tauhid kepada anak, sampai diabadikan dalam Al-Quran. Itu kisah keluarga Lukman. Silahkan cek Al-Quran surat Lukman.
Tauhid itu meng-esakan Allah. Kalau orang korupsi, didalam hatinya ada tuhan uang. Kalau cerdas membodohi dihatinya ada tuhan pikiran.
Jika dikeluarga telah ditanamkan pendidikan tauhid, cari pula sekolah yang menanamkan pendidikan tauhid, jadi sinkron semuanya.
Pendidikan tauhid itu penting. Itu dasar pendidikan. Orang kaya mau peduli dhuafa itu karena ada tauhidnya.
Pejabat tidak korupsi itu karena ada tauhidnya. Cerdas tidak membodohi karena ada tauhidnya.
Pengusaha tidak membohongi karena ada tauhidnya. Tauhid pangkal keselamatan dan kedamaian.
Pendidikan tauhid kepada anak, sampai diabadikan dalam Al-Quran. Itu kisah keluarga Lukman. Silahkan cek Al-Quran surat Lukman.
Tauhid itu meng-esakan Allah. Kalau orang korupsi, didalam hatinya ada tuhan uang. Kalau cerdas membodohi dihatinya ada tuhan pikiran.
Jika dikeluarga telah ditanamkan pendidikan tauhid, cari pula sekolah yang menanamkan pendidikan tauhid, jadi sinkron semuanya.
Rabu, 14 September 2016
TK Islam di Jakarta, TK Islam di Bandung, TK Islam di Medan
TK Islam di Jakarta, TK Islam di Bandung, TK Islam di Medan
Menurut Daniel Goleman penulis buku Emotional Intelligence, perasaan yang dirasakan seseorang saat masa kanak-kanak akan banyak mempengaruhi pembentukan karakternya hingga dewasa.
Perasaan yang muncul pada setiap anak pastilah berasal dari pengalamannya berinteraksi, apakah itu berinteraksi dengan anggota keluarga atau teman-teman sebaya. Perasaan yang nyaman yang dirasakan oleh anak mendorong ia berfikir positif tentang orang-orang disekitarnya dan lingkungannya.
Menumbuhkan rasa percaya diri, aman dan cinta terhadap orang di sekitar dan kepada lingkungannya. Namun dalam pengalaman interaksi, tak selamanya anak memiliki perasaan yang nyaman, mungkin saja jika tidak dirumah, dilingkungan sekolah anak pernah merasakan pengalaman yang membuat ia tidak nyaman seperti kesal dan marah atau perasaan negative lainnya, hal ini tidak dapat kita hindari dalam interaksi.
Sedangkan perasaan negative ini pun akan membangun persepsi negative anak terhadap dirinya sendiri, terhadap orang-orang disekitar dan kepada lingkungannya, misalkan rasa tidak percaya diri, dengki, dendam dsb jika kita tidak segera menetralkan perasaannya.
Lalu bagaimana cara penanggulanggannya ?
Bisa dengan cara berikut yaitu :
1. Mengakui atau menghargai perasaan anak
2. Berbicara dengan anak (ngobrol) untuk menggali perasaan anak atau pengalaman anak saat interaksi dihari itu, maksimal sebelum anak tidur, agar jika ada pengalaman buruk berkaitan dengan perasaannya dapat segera dinetralkan oleh orangtua dan tidak sampai masuk ke alam bawah sadar saat anak tidur.
3. Berdoa kepada Allah agar Allah selalu menjaga perasaan anak sehingga berdampak baik pada karakter anak (bukankah Allah sebaik-baik penjaga )
Bagaimana cara mengakui atau menghargai perasaan anak ???
1. Peka terhadap perasaan mereka, sebut atau namai kemungkinan perasaan mereka, contohnya : “adik sedang marah yah?”
Lalu dengarkan mereka 100% dalam mengungkapkan perasaannya, tatap matanya dengan tatapan datar atau sayang. (berikan perhatian dan pengakuan)
Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas dan saat kita ada untuk memberi dukungan emosional, kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mendengar informasi mengenai pengalaman bermain anak:
a. Jika mendengar informasi anak melakukan kesalahan (contoh : menjahili teman) sebaiknya tetap dengarkan anak bercerita kemudian beri gambaran efek dari perbuatannya sehingga ia paham dan menjawab sendiri efek dari perbuatannya.
b. Jika anak jujur menceritakan kesalahannya : apresiasi kejujurannya (focus kepada kejujurannya) dan maafkan kesalahannya namun tetap sampai pada anak paham efek dari perbuatannya. Hindari marah saat anak berusaha jujur mengakui kesalahannya, karena akan berakibat anak kemudian akan jera untuk berkata jujur atau dapat memanipulasi informasi untuk terhindar dari dimarahi.
c. Hindari hal-hal berikut ini :
• Memberi Nasihat, misal: “aku tadi berkelahi dengan Vino disekolah”, respon kita pada umumnya “berkelahi lagi, berkelahi lagi, adik mau jadi preman yang sering berkelahi ?, hanya preman dan penjahat yang menyelesaikan masalah dengan berkelahi”
• Menginterogasi, misal: “mainan aku hilang di sekolah” respon kita pada umumnya “tuuu kan mama bilang juga jangan bawa mainan ke sekolah. kamu yakin bukan kamu sendiri yang menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba diingat kembali”
• Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi aku dihukum karena tidak ikut aturan” respon kita pada umumnya “makanya kamu harus ikut aturan”
2. Mengenali dan mengambarkan emosi
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka
mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.
Nama Emosi dan Makna-nya :
a. Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
b. Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
c. Takut – Kita diharapkan antisipasi karena sesuatu yang tak diinginkan bisa saja terjadi
d. Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
e. Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
f. Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
g. Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
h. Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
i. Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
j. Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
k. Depresi – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
Berikut ungkapan terkenal dari Dorothy Law Nolte, ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA, untuk renungan kita orang tua :
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar membenci.
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iri, ia belajar kedengkian.
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
Jika anak dibesarkan dengan keadilan, ia belajar rasa aman.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.
Jika anak dibesarkan dengan keramahan, ia meyakini sungguh indah dunia ini
Hanya kepada Allah kita berserah, tak henti berdoa agar Allah senantiasa melindungi akhlak anak-anak kita.
*Sumber :
- Yayasan Buah Hati
- Daniel Goleman, Emotional Intelligence, 1995
Menurut Daniel Goleman penulis buku Emotional Intelligence, perasaan yang dirasakan seseorang saat masa kanak-kanak akan banyak mempengaruhi pembentukan karakternya hingga dewasa.
Perasaan yang muncul pada setiap anak pastilah berasal dari pengalamannya berinteraksi, apakah itu berinteraksi dengan anggota keluarga atau teman-teman sebaya. Perasaan yang nyaman yang dirasakan oleh anak mendorong ia berfikir positif tentang orang-orang disekitarnya dan lingkungannya.
Menumbuhkan rasa percaya diri, aman dan cinta terhadap orang di sekitar dan kepada lingkungannya. Namun dalam pengalaman interaksi, tak selamanya anak memiliki perasaan yang nyaman, mungkin saja jika tidak dirumah, dilingkungan sekolah anak pernah merasakan pengalaman yang membuat ia tidak nyaman seperti kesal dan marah atau perasaan negative lainnya, hal ini tidak dapat kita hindari dalam interaksi.
Sedangkan perasaan negative ini pun akan membangun persepsi negative anak terhadap dirinya sendiri, terhadap orang-orang disekitar dan kepada lingkungannya, misalkan rasa tidak percaya diri, dengki, dendam dsb jika kita tidak segera menetralkan perasaannya.
Lalu bagaimana cara penanggulanggannya ?
Bisa dengan cara berikut yaitu :
1. Mengakui atau menghargai perasaan anak
2. Berbicara dengan anak (ngobrol) untuk menggali perasaan anak atau pengalaman anak saat interaksi dihari itu, maksimal sebelum anak tidur, agar jika ada pengalaman buruk berkaitan dengan perasaannya dapat segera dinetralkan oleh orangtua dan tidak sampai masuk ke alam bawah sadar saat anak tidur.
3. Berdoa kepada Allah agar Allah selalu menjaga perasaan anak sehingga berdampak baik pada karakter anak (bukankah Allah sebaik-baik penjaga )
Bagaimana cara mengakui atau menghargai perasaan anak ???
1. Peka terhadap perasaan mereka, sebut atau namai kemungkinan perasaan mereka, contohnya : “adik sedang marah yah?”
Lalu dengarkan mereka 100% dalam mengungkapkan perasaannya, tatap matanya dengan tatapan datar atau sayang. (berikan perhatian dan pengakuan)
Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas dan saat kita ada untuk memberi dukungan emosional, kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mendengar informasi mengenai pengalaman bermain anak:
a. Jika mendengar informasi anak melakukan kesalahan (contoh : menjahili teman) sebaiknya tetap dengarkan anak bercerita kemudian beri gambaran efek dari perbuatannya sehingga ia paham dan menjawab sendiri efek dari perbuatannya.
b. Jika anak jujur menceritakan kesalahannya : apresiasi kejujurannya (focus kepada kejujurannya) dan maafkan kesalahannya namun tetap sampai pada anak paham efek dari perbuatannya. Hindari marah saat anak berusaha jujur mengakui kesalahannya, karena akan berakibat anak kemudian akan jera untuk berkata jujur atau dapat memanipulasi informasi untuk terhindar dari dimarahi.
c. Hindari hal-hal berikut ini :
• Memberi Nasihat, misal: “aku tadi berkelahi dengan Vino disekolah”, respon kita pada umumnya “berkelahi lagi, berkelahi lagi, adik mau jadi preman yang sering berkelahi ?, hanya preman dan penjahat yang menyelesaikan masalah dengan berkelahi”
• Menginterogasi, misal: “mainan aku hilang di sekolah” respon kita pada umumnya “tuuu kan mama bilang juga jangan bawa mainan ke sekolah. kamu yakin bukan kamu sendiri yang menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba diingat kembali”
• Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi aku dihukum karena tidak ikut aturan” respon kita pada umumnya “makanya kamu harus ikut aturan”
2. Mengenali dan mengambarkan emosi
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka
mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.
Nama Emosi dan Makna-nya :
a. Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
b. Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
c. Takut – Kita diharapkan antisipasi karena sesuatu yang tak diinginkan bisa saja terjadi
d. Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
e. Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
f. Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
g. Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
h. Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
i. Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
j. Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
k. Depresi – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
Berikut ungkapan terkenal dari Dorothy Law Nolte, ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA, untuk renungan kita orang tua :
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar membenci.
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iri, ia belajar kedengkian.
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
Jika anak dibesarkan dengan keadilan, ia belajar rasa aman.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.
Jika anak dibesarkan dengan keramahan, ia meyakini sungguh indah dunia ini
Hanya kepada Allah kita berserah, tak henti berdoa agar Allah senantiasa melindungi akhlak anak-anak kita.
*Sumber :
- Yayasan Buah Hati
- Daniel Goleman, Emotional Intelligence, 1995
Senin, 12 September 2016
TK di Bandung, TK di Jakarta, TK di Makassar
TK di Bandung, TK di Jakarta, TK di Makassar
Teman anak-anak kita memberi pengaruh besar pada perilaku anak kita, bantu mereka untuk mendapatkan teman dan lingkungan baiknya.
Pengaruh teman anak tidak bisa dihindarkan, orangtua bisa memberi bekal agar anak mampu melakukan penolakan.
Orangtua memposisikan diri sebagai sahabat anak, agar informasi pengalaman anak mudah didapat.
Orangtua menjadi sahabat, anak mudah untuk curhat.
Orangtua tak mungkin memberi pengawasan 24 jam, untuk anak tak berhenti didoakan dan yakin bahwa Allah sebaik-baiknya memberi penjagaan.
Anak masih belum sesuai harapan, padahal upaya sudah dimaksimalkan, jangan pernah berhenti memberi teladan dan jadikan doa sebagai kekuatan.
Teman anak-anak kita memberi pengaruh besar pada perilaku anak kita, bantu mereka untuk mendapatkan teman dan lingkungan baiknya.
Pengaruh teman anak tidak bisa dihindarkan, orangtua bisa memberi bekal agar anak mampu melakukan penolakan.
Orangtua memposisikan diri sebagai sahabat anak, agar informasi pengalaman anak mudah didapat.
Orangtua menjadi sahabat, anak mudah untuk curhat.
Orangtua tak mungkin memberi pengawasan 24 jam, untuk anak tak berhenti didoakan dan yakin bahwa Allah sebaik-baiknya memberi penjagaan.
Anak masih belum sesuai harapan, padahal upaya sudah dimaksimalkan, jangan pernah berhenti memberi teladan dan jadikan doa sebagai kekuatan.
Kamis, 08 September 2016
TK Islam Favorit Di Jakarta, TK Islam Favorit Di Bandung, TK Islam terbaik
TK Islam Favorit Di Jakarta, TK Islam Favorit Di Bandung, TK Islam terbaik
Potensi manusia ada 4 macam : akal, fisik, jiwa dan agama (menurut para ahli). Potensi manusia dapat memberi manfaat, dapat pula memberi bencana. Tergantung bagaimana mengelolanya :)
Akal, fisik, jiwa dan agama dikelola oleh nafsu. Baik buruknya nafsu dipengaruhi oleh pendidikan, pendidikan keluarga dan lingkungan.
Singkatnya, pendidikan itu ada 4 pelajaran, pelajaran akal, fisik, jiwa dan agama, yang berguna untuk kehidupan nyata. Pendidikan akal, fisik, jiwa dan agama adalah keterkaitan, semuanya tidak boleh dipisahkan. Hilang satu jadi jomplang bahkan menghancurkan.
Bom atom jadi mematikan karena kepandaian akal dan kekuatan fisik tidak diimbangi dengan ketenangan jiwa dan keyakinan agama.
Pendidikan di rumah dan sekolah harus mencakup akal, fisik, jiwa dan agama agar terasa manfaatnya dikehidupan nyata. Ilmuwan dunia Ibnu Sina, Al-Jabbar, Ibnu Rusyd, Ibnu Batutah adalah diantara ilmuwan yang cerdas akal, fisik, jiwa dan agama.
Pastikan pendidikan anak-anak mencakup pendidikan akal, fisik, jiwa dan agama, baik di rumah ataupun
Akal, fisik, jiwa dan agama dikelola oleh nafsu. Baik buruknya nafsu dipengaruhi oleh pendidikan, pendidikan keluarga dan lingkungan.
Singkatnya, pendidikan itu ada 4 pelajaran, pelajaran akal, fisik, jiwa dan agama, yang berguna untuk kehidupan nyata. Pendidikan akal, fisik, jiwa dan agama adalah keterkaitan, semuanya tidak boleh dipisahkan. Hilang satu jadi jomplang bahkan menghancurkan.
Bom atom jadi mematikan karena kepandaian akal dan kekuatan fisik tidak diimbangi dengan ketenangan jiwa dan keyakinan agama.
Pendidikan di rumah dan sekolah harus mencakup akal, fisik, jiwa dan agama agar terasa manfaatnya dikehidupan nyata. Ilmuwan dunia Ibnu Sina, Al-Jabbar, Ibnu Rusyd, Ibnu Batutah adalah diantara ilmuwan yang cerdas akal, fisik, jiwa dan agama.
Pastikan pendidikan anak-anak mencakup pendidikan akal, fisik, jiwa dan agama, baik di rumah ataupun
Minggu, 04 September 2016
TK Islam Di Jakarta, TK Islam Di Bandung, TK Islam Favorit
TK Islam Di Jakarta, TK Islam Di Bandung, TK Islam Favorit
Bercanda dengan anak bukanlah hal yang menurunkan kewibawaan, itu menunjukkan kasih sayang yang dalam, anak pun merasa nyaman.
Anak-anak senang dengan orangtua yang bergaul dengan mereka seperti halnya sebaya, kedekatan yang ada membuat anak pun senang mendengar kata orangtua.
Bercanda dengan anak tetap mengajari kesantunan dan kejujuran, dalam canda Rasulullah pernah memanggil seorang anak dengan panggilan "pemilik 2 telinga"
Bercanda dengan anak, membuat anak bahagia, keluarga menjadi ceria dan getaran kedekatan bathin terasa.
Bercanda dengan anak bukanlah hal yang menurunkan kewibawaan, itu menunjukkan kasih sayang yang dalam, anak pun merasa nyaman.
Anak-anak senang dengan orangtua yang bergaul dengan mereka seperti halnya sebaya, kedekatan yang ada membuat anak pun senang mendengar kata orangtua.
Bercanda dengan anak tetap mengajari kesantunan dan kejujuran, dalam canda Rasulullah pernah memanggil seorang anak dengan panggilan "pemilik 2 telinga"
Bercanda dengan anak, membuat anak bahagia, keluarga menjadi ceria dan getaran kedekatan bathin terasa.
Langganan:
Postingan (Atom)